Rabu, 22 April 2009

my second 'cerpen'

“obsesi”

Aku menahan nafasku sejenak, kemudian menghembuskannya pelan-pelan, dulu aku pernah membaca sebuah artikel di majalah langgananku, bahwa apa yang kulakukan tadi dapat mengurangi stress akibat banyak masalah atau tekanan batin berlebihan.

Rasanya sulit di percaya, sungguh sangat ironi, karena meja makan adalah tempat yang paling aku sukai sekaligus yang paling aku benci. Di satu sisi, meja makan adalah surga kedua setelah restaurant bagi orang-orang crazy eater seperti aku ini, pantang bagiku meninggalkan meja makan atau meja restaurant dengan makanan tersisa, jadi jangan heran, di usiaku yang baru menginjak 16 tahun tubuhku sudah seperti ibu-ibu, atau lebih tepatnya IBU_IBU_YANG_SEDANG_HAMIL, tinngiku Cuma 155cm tapi berat badanku mencapai 75kg, bahkan jika di bandingkan dengan mamahku yang sangat terampil merawat tubuhnya, beliaulah yang lebih pantas menyandang gelar ‘teenager’ bukan aku, kalau aku sih lebih pantas di sebut….i don’t know, and I don’t want to know.

Sometimes meja makan bisa juga seperti neraka, karena itulah aku membencinya, seperti pagi ini, saat kami sekeluarga sarapan pagi bersama, seperti potret happy family yang sering muncul di majalah atau di sinetron-sinetron, tapi di dasar hatiku, I’m really feel UNHAPPY, ada mamahku yang selalu tampil sempurna, beliau bekerja sebagai manager spa terkenal, papahku yang jarang bicara dan yang selalu sibuk menatap Koran paginya di banding makanan di piringnya, dan masih ada satu lagi yaitu, my only one sister_clara.

Ok, untuk menceritakan kak clara aku memang butuh paragraph tersendiri, dia saudara kandungku dan hanya terpaut dua tahun, but we really really different, aku sudah berhenti sejak lama untuk bepergian dengan clara, karena hampir 99% orang yang bertemu kita selalu mengira aku…aku….ya, aku pembokatnya, tentu saja mereka langsung minta maaf setelah dengan sabar clara menjelaskan bahwa makhluk bulat yang bersamanya adalah adik kandungnya BUKAN pembokatnya. Clara is sooo perfect, dia punya body impian semua cewek dengan tinggi 175 cm dan berat badan hanya 52 kg, dia benar benar seperti model-model di majalah remaja, kak clara juga selalu juara kelas, dia selalu tampil up to date, dan jadi trendsetter di sekolah kami…well, that’s my biggest mistake! Entah di mana otakku waktu aku memutuskan untuk melanjutkan SMU di sekolah yang sama dengan kak clara, karena dengan itu berarti secara ngga langsung aku tengah memperlihatkan KE_SANGAT_TIDAK_MIRIPAN kami sebagai saudara sekandung kepada seluru penghuni dunia, huh…

Mamah selalu super attention dan overprotective pada kak clara, mamah juga sudah seperti sekretaris pribadi kak clara, karena mamah selalu tahu apa saja schedule kegiatan kak clara yang sangat padat, lomba-lomba apa yang akan di ikutinya, dan prestasi apa saja yang telah di raih kak clara, bahkan aku yakin teman-teman mamah juga mungkin sedikit-sedikit mulai hafal itu semua, karena mamah selalu menceritakannya berulang-ulang, sedang prestasiku…mungkin tidak sehebat kak clara, tapi paling tidak pada lomba 17-an tahun lalu di RT kami, aku menyabet juara satu dalam perlombaan makan telor asin, hanya dalam waktu 5 menit aku mampu menghabiskan 15 butir telor asin, dan yang lebih membanggakan lagi kata pak RT itu adalah rekor terbaru, dan aku ngga malu untuk berkata I’m so proud of it.

“ bagaimana persiapan lomba debat bahasa inggrismu, sayang?”Tanya mamah antusias, walaupun mamah tidak menyebut nama sama sekali, tapi aku tahu yang di maksud dengan ‘sayang’ jelas BUKAN aku.

“ alhamdulillah, persiapanku sudah 99%, materi debat juga sudah aku kuasai sepenuhnya” jawab clara bangga.

“ wow, good job darling!, papah akan kasih hadiah lagi kalau kamu menang seperti tahun lalu ok” sambung papah yang juga tak kalah antusias

“ ehm…ehm…” ku batuk di buat-buat, minta perhatian sekaligus memberi tanda ‘hello everybody, I’m alive, and I’m here sitting together with all of you’

“ lara…makannya pelan-pelan dong, masa perempuan makannya kayak gitu sih, sampai terbatu-batuk!” tegur mamah, benar-benar bukan reaksi yang ku harapkan!.

* * *
Pikiranku melayang-layang kembali ke percakapanku waktu istirahat dengan sasya_the most fashionable girl in my class, dia bilang sebenarnya aku ngga jelek-jelek amat di bandingkan dengan clara ( waktu dia ngomong seperti itu, hampir saja aku mau menginjak-injak badannya yang tipis kayak papan selancar, untungnya di cegah sama sohib kentalku_renata ), katanya lagi, kalau aku bisa nurunin berat badanku sekitar 25 kg aja! Aku pasti sudah mirip dengan clara, tapi 25 kg….oh my god, apa yang mesti aku lakukan agar bisa menyingkirkan 25 kg dari tubuhku ini???

Renata benar-benar ngga setuju kalau aku ndengerin kata-kata sasya, menurutnya everybody is special in their own way, tapi jaman sekarang mana ada sih orang gendut itu istimewa,…biasanya aku memang mencibir orang-orang picik, yang hanya menilai orang dari casingnya saja, dulu aku selalu berkeyakinan selama aku nyaman dengan tubuhku dan bisa menerimanya, maka inner beauty-ku pun akan terpancar dengan sendirinya, tapi setelah mendengar ceramah panjang + lebar dari sasya soal penampilan dan sebagainya, harus ku akui, bahwa itu mulai menggoyahkan pendirianku dan pandangan pribadiku soal kecantikan, mungkin sasya benar, dengan menjadi langsing aku pasti akan pantas menjadi adik dari seorang clara, dan yang lebih penting mungkin mamah dan papah bisa menyayangiku seperti mereka menyayangi clara.

Sekitar dua bulan lagi mamah dan papah akan mengadakan pesta besar merayakan hari jadi pernikahan mereka yang ke 25 tahun, dan akan banyak sekali tamu yang datang, aku ngga mau nanti menjadi pecundang karena malu untuk berdampingan dengan clara, aku ingin mamah dan papah bangga memperkenalkan aku sebagai anak mereka, seperti ketika mereka memperkenalkan clara kapanpun dan pada siapapun.

Maka akupun bertekad untuk merubahnya dengan cara apapun, Aku harus langsing, HARUS!!!

* * *
2 bulan kemudian

Apa yang aku idam-idamkan akhirnya terwujud juga, walau baru 21 kg yang mampu ku hilangkan dari tubuhku, namun itu sudah cukup membuat banyak orang terkagum-kagum, banyak yang bertanya program diet apa yang ku jalani, namun tak satupun selain renata yang ku beri tahu.

Sudah 2 bulan ini aku mengkonsumsi pil diet dari china yang ku peroleh secara illegal, efeknya benar-benar luar biasa, aku tak pernah merasa lapar sedikitpun, hanya haus, haus, dan haus. Berat badanku langsung menurun drastis, tak ku pedulikan kekhawatiran renata soal kesehatanku dan perubahan pribadiku, katanya sekarang aku pucat, lemah, sangat pendiam, dan mudah tersinggung. tapi aku merasa biasa saja bahkan jauh lebih lincah sekarang, hanya saja jantungku memang jadi sering berdebar-debar tak karuan, dan aku juga jadi susah tidur, tapi apalah artinya semua itu di banding dengan tatapan penuh kasih sayang yang kini ku dapat dari mamah setiap hari, dan sulit di percaya, tapi sekarang aku memang sudah berani bepergian dan berdiri berdampingan dengan kak clara, seperti yang akan ku lakukan malam ini di pesta ulang tahun pernikahan orang tua kami.

* * *
Halaman rumah kami yang luas sudah di sulap menjadi ruangan pesta yang sangat indah, dengan lampu lampu hias yang bergelantungan seperti barisan bintang yang berjatuhan, aneka jenis mawar menghiasi hampir setiap sudut ruangan pesta, aneka makanan lezat yang di pesan dari catering ternamapun sudah tersedia, walaupun itu sama sekali tidak berhasil membuatku berniat untuk mencicipinya, dan para tamu pun sudah mulai berdatangan.

Malam itu mamah mengenakan gaun malam panjang warna merah marun yang memang sangat terlihat sempurna di kulit putihnya, papah mengenakan setelan jas mahal terbarunya, clara dia mengenakan gaun model empire panjang warna hitam, kalung mutiara hadiah menang lomba debat dari papah tampak menghiasi leher jenjangnya, sedang aku memakai gaun model halter warna putih, gaun itu hadiah dari sahabat terbaikku renata, gaun itu jatuh sempurna di tubuh baruku, hanya anting bermata sederhana yang menghiasi kedua telingaku, namun menurut renata aku tampak…ehm, simply amazing.

Ku bilang pada mamah, papah, dan kak clara agar tak usah menungguku dan membiarkan mereka menyapa para tamu terlebih dahulu, Aku sengaja berlama-lama di depan meja riasku, renata hanya menggeleng-gelengkan kepalanya menatapku, bibirku tampak sedikit kering dan pucat, namun segera ku sapukan lagi lip gloss warna pink ke atas bibirku, ini malamku, dan aku harus tampil sempurna batinku.

* * *
Dapat ku rasakan ratusan pasang mata menatapku saat ku saat ku memasuki ruangan pesta, dan kebahagiaan langsung memenuhi hatiku ketika mamah langsung menghampiriku dengan senyuman yang tidak pernah aku lihat sebelumnya, mamah dan papah langsung memperkenalkanku pada tamu undangannya.

Pesta itu terus berjalan sempurna, namun aku tak bisa menikmatinya, karena sepanjang acara berlangsung jantungku terus berdebar kencang, mungkin karena aku terlalu gugup, jadi aku terus bersikap biasa dan tidak menceritakan hal itu pada siapapun termasuk renata.

Mamah sedang berdansa mesra dengan papah dan menjadi pusat perhatian semua orang di pesta itu waktu aku meninggalkan ruangan dan bergegas ke toilet, ku cuci mukaku berkali-kali di westafel, tak lagi ku pedulikan make up di wajahku, aku hanya ingin merasa segar seperti dulu saatku…oh my god, entahlah, aku tak ingat kapan terakhir kalinya aku merasa segar dan sehat, tiba-tiba aku merasa tubuhku bergetar, sekujur tangan dan kakiku gemetar, keringat dingin mulai membasahi gaun pestaku, aku hampir terjatuh saat ku dengar riuh tepuk tangan dari halaman, mamah dan papah pasti sudah selesai berdansa, aku ingin segera kembali ke pesta dan memberi mereka ciuman selamat, tapi tubuhku terasa sangat lemah, jadi ku putuskan untuk duduk dan beristirahat di dudukan kloset sebentar.

Sayup-sayup ku dengar suara papah dari pengeras suara di pesta “ terima kasih atas kedatangan anda semua, kami sangat bahagia malam ini karena setelah melewati suka dan duka bersama, serta berbagai ujian dan cobaan yang tak mudah, rasanya sulit di percaya bahwa akhirnya kami bisa mencapai usia perkawinan yang ke 25 tahun ini, tentu saja kami masih dan sangat ingin terus bersama hingga akhir nanti, terima kasih juga pada kedua putri kami yang sangat kami cintai dan sangat kami banggakan clara agestyra rahman dan lara Juliana rahman ….”

Rasanya sulit di percaya papah berbicara seperti itu, tapi aku memang tidak sedang bermimpi, papah memang menyebut namaku tadi,…sekarang ini aku ingin sekali menghambur pada pelukan mamah dan papah, aku juga ingin memeluk clara danjuga renata, tapi tubuhku makin mati rasa, hanya dingin yang makin terasa merasuki tubuhku, suara papah makin terdengar jauh, semua makin sunyi, semua makin gelap dan pekat.


12 april 2009
Cilacap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar